Ditulis oleh: Razthalita Yajna Nazhifah & Anna Fatinasari
Ditinjau oleh: apt. Muhammad Haidar Ali, S.Farm
Swipers, tahukah kamu bahwa Tuberkulosis(TB) masih menjadi penyakit menular penyebab kematian nomor dua di dunia? Di Indonesia, TB juga menempati posisi kedua dengan perkiraan 1 juta kasus baru setiap tahunnya.
TB merupakan penyakit menular yang menyerang paru-paru dengan media penularan melalui udara, misalnya ketika penderita batuk, bersin, atau meludah. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko TB antara lain diabetes, lemahnya sistem kekebalan tubuh, kurang gizi, merokok, hingga konsumsi minum-minuman beralkohol.
Penegakkan diagnosis TB yang cepat dan akurat menjadi solusi untuk mengatasi keterlambatan pengobatan. Deteksi dini dapat dilakukan untuk mencegah penularan ke orang lain serta menghindari komplikasi berupa TB Resisten Obat.
Terdapat beberapa hal yang menjadi tanda perlunya dilakukan deteksi dini TB antara lain :
- Batuk > 2 minggu
- Batuk berdahak atau tidak berdahak, disertai penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, lemah, letih, lesu, berkeringat malam hari tanpa aktivitas fisik
- Demam hilang timbul tanpa sebab
Sayangnya, banyak orang mengabaikan gejala awal TB karena dianggap sebagai batuk biasa. Jika tidak dideteksi dan diobati, risiko kerusakan paru-paru secara permanen akan meningkat, bahkan dapat menyebabkan TB Resisten Obat.
Deteksi Dini TB
Deteksi dini menjadi langkah penting untuk mencegah penularan TB sehingga kesehatan masyarakat terlindungi. Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk deteksi dini TB, Swipers! Yuk, simak beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk deteksi penyakit TB sejak dini:
-
Foto Toraks (Chest X-ray)
Swipers, pasti kalian sudah cukup familiar bukan dengan rontgen dada? Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan paru-paru seperti adanya bercak atau rongga. Foto toraks merupakan suatu teknik pencitraan yang cepat dan cenderung memiliki sensitifitas tinggi untuk menegakkan diagnosis TB.
-
Tes Tuberkulin (TST)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi TB laten. Caranya dengan menyuntikkan sedikit zat purified protein derivative (PPD) ke kulit, kemudian dilihat reaksi berupa benjolan setelah 48-72 jam. Jika benjolan cukup besar, hasilnya dianggap positif. Nah, Swipers! Metode ini mampu mendeteksi TB lebih dini sebelum muncul gejala dan biasanya digabungkan dengan metode lain supaya hasil lebih akurat.
-
Tes IGRA (Interferon-Gamma Release Assay)
Tes ini mampu mengukur respon sistem imun terhadap protein TB di dalam darah. Metode ini dianggap lebih spesifik dan cepat dibandingkan TST dan cocok untuk mendeteksi TBC Laten yakni kondisi ketika bakteri penyebab TB ada di dalam tubuh, tetapi tidak menunjukkan gejala aktif. Keunggulan lain dari tes ini yakni hasil akan keluar dalam waktu cepat dan tidak terpengaruh oleh vaksin BCG.
-
Tes Dahak (Sputum Test)
Tes dahak menjadi standar utama untuk memastikan adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dahak diperiksa di laboratorium dengan mikroskop atau teknik molekuler. Pemeriksaan sputum karena dengan ditemukannya kuman BTA, maka diagnosis TB dapat dipastikan. Perlu diperhatikan, Swipers! Metode ini kurang sensitif jika jumlah bakteri dalam dahak rendah, sehingga seringkali dikombinasi dengan tes genetik.
-
Tes Molekuler Cepat (NAAT dan Xpert MTB/RIF)
Tes ini mampu mendeteksi langsung DNA dari bakteri TB dari sampel dahak atau darah. Melalui metode ini, dapat diketahui apakah bakteri tersebut resisten terhadap obat rifampisin. Selain itu, tes ini tergolong cepat dan memiliki sensitivitas tinggi, sehingga menjadi andalan untuk diagnosis dini TB.
Kesimpulan
Nah, itu dia Swipers beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendeteksi penyakit TB sejak dini! Dengan melakukan deteksi TB sejak dini, kita bisa cegah penularan penyakit TB. Jangan ragu untuk datang ke dokter jika kamu atau keluargamu mengalami batuk berkepanjangan.
Kamu bisa cek Youtube SwipeRx Indonesia yang menyediakan banyak edukasi seputar dunia kefarmasian yang nantinya bisa kamu bagikan ke pasien kamu! Segera unduh aplikasi SwipeRx di Google Play Store atau App Store yang berisi konten-konten menarik lainnya!
Reference
- Center for Disease Control and Prevention. (2024, 9 Mei). Clinical Testing Guidance for Tuberculosis : Interferon Gamma Release Assay. Diakses pada 11 November 2025 dari https://www.cdc.gov/tb/hcp/testing-diagnosis/interferon-gamma-release-assay.html
- Kementerian Kesehatan RI. (2025, 31 Januari). Kenali Kelompok yang Berisiko Tinggi Tertular TBC. Diakses pada 10 November 2025 dari https://kemkes.go.id/id/kenali-kelompok-yang-berisiko-tinggi-tertular-tbc
- Kementerian Kesehatan RI. (2025). Buku Panduan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Tuberkulosis : Langkah dalam Pencegahan, Deteksi Dini, dan Pendampingan Pasien TBC di Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- Putra, I. W. G. A. E., Kurniasari, N. M. D., Dewi, N. P. E. P., Suarjana, I. K., Duana, I. M. K., Mulyawan, I. K. H., … & Wahyuni, C. U. (2019). The Implementation of Early Detection in Tuberculosis Contact Investigation to Improve Case Finding. Journal of Epidemiology and Global Health, 9(3), 191–197.
- Safitri, D. A., Mamesah, Y. P., & Timban, J. F. (2022). Gambaran Foto Toraks pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Periode Januari-Juni 2022. Medical Scope Journal, 4(1), 93–98.
- World Health Organization. (2025, 14 Maret). Tuberculosis. Diakses pada 10 November 2025 dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis
- Yayan, J., Franke, K. J., Berger, M., Windisch, W., & Rasche, K. (2024). Early Detection of Tuberculosis: A Systematic Review. Pneumonia, 16(1), 11.



