Ditulis oleh: Sherlyn Natasha Lee & Anna Fatinasari
Ditinjau oleh: apt. Adelia Ayu Prityani, S.Farm
Swipers, pernahkah kamu membayangkan bagaimana cara mengatasi kondisi keracunan atau overdosis obat? Jawabannya adalah dengan menggunakan antidotum. Antidotum adalah zat aktif atau kandungan obat yang digunakan untuk melawan atau menetralisir efek berbahaya akibat paparan zat aktif atau kandungan obat yang berlebihan sehingga mencapai efek toksik (racun). Umumnya, antidotum digunakan pada kasus keracunan akut, baik akibat paparan zat berbahaya secara sengaja maupun tidak disengaja. Namun, perlu diperhatikan bahwa setiap kandungan obat memiliki efek toksik masing-masing jika dikonsumsi berlebih sehingga pencegahan pertama adalah memastikan setiap zat aktif digunakan sesuai rentang dosis anjuran.
Bagaimana Cara Kerja Antidotum?
Antidotum memiliki sasaran terapi sebagai berikut :
- Mengurangi jumlah racun dalam tubuh, misalnya dengan mengikat racun agar bisa dikeluarkan dari tubuh.
- Mengurangi atau menghilangkan intensitas efek toksik dalam tubuh, meliputi penghambatan dari proses ADME sebagai berikut:
- Penurunan absorbsi dengan penghalangan interaksi pada reseptor
- Pengalihan distribusi (translokasi)
- Peningkatan proses eliminasi agar kandungan toksik segera dikeluarkan dan pasien kembali dalam kondisi normal.
Pada praktik klinik dan gawat darurat, ada beberapa obat antidotum yang digunakan dalam beberapa kasus seperti:
Atropin
Atropin digunakan pada kasus keracunan akut seperti keracunan insektisida. Pemberiannya dilakukan secara intravena (IV) atau intramuskular (IM) pada orang dewasa dengan dosis 2 mg, yang dapat diulang setiap 10-30 menit sampai efek muskarinik hilang atau muncul toksisitas atropin.
N-asetilsistein (NAC)
N-asetilsistein diindikasikan pada pasien overdosis acetaminophen, infus IV kontinu direkomendasikan untuk konsumsi akut (idealnya dalam 8-10 jam setelah konsumsi, tetapi dapat diberikan jika lebih dari 10 jam).
Dantrolene
Obat antidotum jenis ini digunakan untuk mengatasi hipertermia maligna, reaksi parah akibat obat-obatan anestesi tertentu dimana suhu tubuh meningkat cepat. Pemberiannya dilakukan:
- Ketika gejala muncul, dantrolene harus segera diberikan secara intravena sebanyak 2,5 mg/kg.
- Jika gejala tidak mereda, dosis tambahan sebesar 1 hingga 2,5 mg/kg dapat diberikan hingga mencapai dosis kumulatif maksimum 10 mg/kg.
- Namun apabila pengobatan berhasil, dosis tambahan sebaiknya tetap diberikan selama 24 jam berikutnya untuk mencegah kekambuhan hipertermia maligna.
Nah, Apoteker wajib memiliki pengetahuan yang memadai tentang keracunan dan penanganannya, serta mengetahui cara merespons keadaan darurat akibat keracunan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Swipers, pastikan apotek kamu selalu punya stok obat ya! Dengan pilihan yang lengkap, pelayanan apotek pasti menjadi makin optimal. Kemudahan belanja dan restok, percayakan kepada SwipeRx Belanja. Yuk, unduh aplikasinya sekarang di Google Play Store atau App Store, dan kelola apotek jadi lebih praktis!
Sumber:
- Mukaddas, A., Faustine, I., & Ulti, P. H. (2019). Profil Penggunaan Obat Antidotum Di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah Periode 2016-2018: Profile of Using Antidotum at Undata General Hospital Central Sulawesi Province Periode of 2016-2018. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 5(2), 132 – 139. https://doi.org/10.22487/j24428744.2019.v5.i2.13002
- Baud, F. J., Borron, S. W., & Bismuth, C. (1995). Modifying toxicokinetics with antidotes. Toxicology Letters, 82-83, 785–793. https://doi.org/10.1016/0378-4274(95)03520-6
- Chacko, B., & Peter, J. V. (2019). Antidotes in Poisoning. Indian journal of critical care medicine : peer-reviewed, official publication of Indian Society of Critical Care Medicine, 23(Suppl 4), S241–S249. https://doi.org/10.5005/jp-journals-10071-23310
- Kobylarz, D., Noga, M., Frydrych, A., Milan, J., Morawiec, A., Glaca, A., Kucab, E., Jastrzębska, J., Jabłońska, K., Łuc, K., Zdeb, G., Pasierb, J., Toporowska-Kaźmierak, J., Półchłopek, S., Słoma, P., Adamik, M., Banasik, M., Bartoszek, M., Adamczyk, A., … Jurowski, K. (2023). Antidotes in Clinical Toxicology—Critical Review. Toxics, 11(9), 723. https://doi.org/10.3390/toxics11090723
- Kifle, Z. D., Yimenu, D. K., Demeke, C. A., Kasahun, A. E., Siraj, E. A., Wendalem, A. Y., Bazezew, Z. A., & Mekuria, A. B. (2022). Availability of Essential Antidotes and the Role of Community Pharmacists in the Management of Acute Poisoning: A Cross-Sectional Study in Ethiopia. Inquiry : a journal of medical care organization, provision and financing, 59, 469580211062449. https://doi.org/10.1177/00469580211062449
Mukaddas, A., Faustine, I., & Ulti, P. H. (2019). Profil Penggunaan Obat Antidotum di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah Periode 2016–2018. Jurnal Farmasi Galenika, 5(2), 132–139. https://doi.org/10.22487/j24428744.2019.v5.i2.13002