Ditulis oleh: Anna Fatinasari
Ditinjau oleh: apt. Adelia Ayu Prityani, S.Farm
Kanker adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, dengan sekitar 9,7 juta kematian pada tahun 2022 dan lebih dari 20 juta kasus baru yang terdiagnosis setiap tahunnya. Menurut data WHO, diperkirakan satu dari lima orang mengidap kanker, dan satu dari sembilan pria serta satu dari dua belas wanita meninggal akibatnya. Di Indonesia, lebih dari 400.000 kasus kanker baru tercatat setiap tahunnya, menjadikannya sebagai salah satu penyebab utama kematian dini akibat penyakit tidak menular (PTM), dengan kanker paru-paru, hati, dan payudara menjadi yang paling sering menyebabkan kematian.
Walaupun kanker bisa sangat menakutkan, banyak jenis kanker yang masih bisa disembuhkan jika didiagnosis dan ditangani dengan tepat, seperti kanker payudara yang terdeteksi dini, kanker testis, dan leukemia limfoblastik akut pada anak-anak. Beberapa jenis kanker lain, seperti kanker prostat dan limfoma, juga memiliki tingkat kelangsungan hidup yang baik. Namun, ada pula kanker tertentu yang tetap memiliki tingkat kelangsungan hidup rendah meskipun sudah mendapatkan pengobatan terbaik, seperti kanker pankreas, hati, dan paru-paru.
Pentingnya diagnosis yang tepat menjadi kunci dalam pemilihan pengobatan yang sesuai, karena setiap jenis kanker membutuhkan pendekatan yang berbeda. Pengobatan kanker biasanya melibatkan berbagai kombinasi, seperti operasi, radioterapi, dan terapi sistemik seperti kemoterapi, pengobatan hormonal, atau terapi target. Pemilihan pengobatan harus disesuaikan dengan jenis kanker dan kondisi fisik pasien.
Sebagai apoteker, kita memiliki peran yang sangat besar dalam mendukung pasien kanker. Tugas kita bukan hanya memberikan obat yang tepat, kita juga berperan sebagai sumber informasi yang membantu pasien memahami setiap langkah yang mereka jalani—mulai dari cara mengonsumsi obat dengan benar, hingga bagaimana mengelola efek samping yang mungkin muncul.
Menjelaskan Cara Kerja Obat
Meski dokter sudah menjelaskan cara mengonsumsi obat, rasa cemas atau bingung sering kali muncul, terutama ketika pasien kanker memulai pengobatan. Di sinilah apoteker dapat berperan penting. Dengan datang ke apotek, pasien bisa mendapatkan penjelasan lebih mendalam tentang obat yang mereka konsumsi. Apoteker juga bisa memberikan informasi terkait potensi interaksi obat untuk memastikan pengobatan tidak hanya aman, tetapi juga efektif.
Mengingatkan Cara Mengonsumsi Obat dengan Benar
Apoteker perlu memastikan pasien mengerti cara penggunaan obat dengan tepat. Beberapa obat perlu dikonsumsi bersama makanan, sementara lainnya harus diminum saat perut kosong. Jika pasien diberikan obat dalam bentuk suntikan, apoteker harus mengajarkan teknik penyuntikan yang benar agar pasien dapat melakukannya dengan aman dan efektif.
Menjelaskan Efek Samping yang Mungkin Terjadi
Efek samping pengobatan kanker sangat penting untuk dipahami oleh pasien. Meskipun informasi tentang efek samping biasanya sudah tercantum dalam brosur obat, menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dipahami akan sangat membantu pasien. Selain itu, apoteker juga bisa memantau efek samping yang dialami pasien dan memberikan saran yang tepat untuk mengurangi gejalanya.
Berikut beberapa efek samping yang sering dialami oleh pasien kanker selama pengobatan:
- Neutropenia: Penurunan jumlah sel darah putih yang meningkatkan risiko infeksi. Pasien harus sering mencuci tangan dan menghindari keramaian untuk mengurangi risiko infeksi. Jika mengalami demam atau gejala infeksi lainnya, segera hubungi dokter.
- Lymphedema: Pembengkakan yang terjadi ketika cairan getah bening tidak bisa mengalir dengan baik setelah kelenjar getah bening diangkat atau rusak akibat radiasi. Edukasi tentang cara mengelola lymphedema sangat penting agar pasien dapat menghindari pembengkakan yang tidak diinginkan.
- Kehilangan Rambut: Kehilangan rambut akibat kemoterapi adalah efek samping yang umum. Namun, rambut biasanya akan tumbuh kembali setelah pengobatan selesai. Penggunaan topi pendingin atau wig bisa membantu pasien merasa lebih percaya diri.
- Mual dan Muntah: Pengobatan kanker sering menyebabkan mual dan muntah. Apoteker dapat memberikan obat yang tepat untuk mengontrol mual dan memberikan informasi tentang teknik relaksasi atau pendekatan lain, seperti akupunktur, yang mungkin membantu.
- Masalah Konsentrasi dan Memori: Kemoterapi dapat menyebabkan kesulitan konsentrasi atau ingatan, yang dikenal dengan sebutan “chemo brain”. Pasien bisa mengelola masalah ini dengan tidur yang cukup, mencatat rencana harian, serta menggunakan pengingat digital.
- Nyeri Kanker: Nyeri yang disebabkan oleh kanker atau pengobatan kanker harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker dapat memberikan penjelasan tentang penggunaan obat penghilang nyeri yang tepat dan mengingatkan pasien untuk segera melaporkan jika rasa sakit meningkat.
- Gumpalan Darah (Deep Vein Thrombosis): Pasien kanker yang menjalani kemoterapi memiliki risiko lebih tinggi terkena deep vein thrombosis (DVT), yaitu gumpalan darah yang dapat berpindah ke paru-paru dan menyebabkan masalah serius. Edukasi tentang gejala DVT dan cara pencegahannya sangat penting.
- Efek Samping Lainnya
Selain efek samping yang telah disebutkan, pengobatan kanker juga bisa menyebabkan kelelahan, kesulitan makan, atau bahkan depresi. Untuk menghadapinya, pasien bisa mencari dukungan dari dokter atau organisasi yang memberikan informasi dan tips pengelolaan efek samping.
Sebagai apoteker, peran kita sangat penting dalam mendampingi pasien kanker. Selain memberikan obat yang tepat, kita juga perlu memberikan edukasi yang mudah dipahami, agar pasien lebih tenang dan siap menjalani pengobatan. Dengan memberi dukungan dalam mengelola efek samping, kita bisa membantu mereka mendapatkan pengobatan yang lebih efektif dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Swipers, jangan lupa terus tingkatkan kompetensi kefarmasianmu dengan belajar melalui aplikasi SwipeRx, aplikasi nomor 1 untuk farmasis! Jangan lupa juga untuk cek channel YouTube SwipeRx Indonesia, ada banyak video menarik seputar ilmu farmasi yang bisa kamu tonton!
Sumber:
- World Health Organization (WHO). (2024, Oktober 24). Preventing and controlling cancer: WHO and partners step up support. Diakses pada 30 Januari 2024, dari https://www.who.int/indonesia/id/news/detail/24-10-2024-preventing-and-controlling-cancer–who-and-partners-step-up-support
- Centers for Disease Control and Prevention. (2024, Agustus 26). Side effects of cancer treatment. Diakses pada 30 Januari 2024, dari https://www.cdc.gov/cancer-survivors/patients/side-effects-of-treatment.html
- Bristol Myers Squibb & Alliance Rx Walgreens Prime. (2020, Juni 20). Side effects of cancer treatment. Diakses pada 30 Januari 2024, dari https://www.cancercare.org/publications/348-the_role_of_pharmacists_during_cancer_treatment